Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

Waralaba Asing Siap Serbu Indonesia


Liputan6.com, Jakarta : Asosiasi Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) menyatakan sejumlah perusahaan asing siap menjajaki pasar waralaba Tanah Air. Namun rencana ini masih terhambat masalah perizinan.
Menurut Ketua Dewan Pengarah WALI, Amir Karamoy, perusahaan asing tersebut berskala besar dan terdaftar di bursa saham di negaranya masing-masing.
"Calon investor waralaba itu berasal dari Korea, Jepang, Kanada, Australia dan Amerika Serikat dengan berbagai sektor, seperti retail, apotek, fast food atau makanan cepat saji dan sumber daya manusia (sekolah internasional-red)," ungkapnya saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Jumat (24/1/2013).
Meski tidak menyebut jumlah dan identitas perusahaan itu, namun dia mengaku, ketertarikan asing untuk masuk ke pasar waralaba dilandasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu bertahan di atas 6%.
"Ekonomi kita bertumbuh luar biasa dibanding negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat. Kalangan menengah di Indonesia juga punya daya beli cukup kuat," katanya.
Sayangnya, Amir mengeluhkan niat perusahaan asing itu harus terkendala regulasi yang memberlakukan aturan porsi penyediaan produk dalam dan negeri pada toko modern masing-masing 80% dan 20%.
"Rencana kenaikan upah minimum provinsi bukanlah masalah utama, melainkan soal aturan ketersediaan produk 80% harus dari domestk dan sisanya luar negeri. Ini yang jadi pertanyaan calon investor," terang dia.
Dengan aturan ini, lanjut dia, pihak asing khawatir bila produk yang dijual pada tokonya tidak diproduksi di Indonesia. Sementara pasokan produk harus terus penuhi dengan tetap menjaga kualitas.
"Kalaupun produk yang dijual ada di sini, mereka juga takut bila kualitas tidak sesuai dengan harapan. Padahal soal kualitas tidak ada tawar menawar," tegas Amir.
Menindaklanjuti keluhan tersebut, AWI telah bicara kepada Dirjen Perdagangan Dalam Negeri sejak akhir tahun lalu dan meminta agar pemerintah segera menggelar komunikasi dengan para calon investor, selain membentuk tim penilai.
"Seharusnya diberikan kemudahan, jangan dibatasi. Kalau tidak ada yang jual produk, suruh buka pabrik di sini. Soal modal investasi sangat mudah buat mereka karena omzet saja bisa Rp 2 miliar per hari," pungkasnya.
Amir menargetkan pemerintah sudah bisa melakukan diskusi dengan investor waralaba itu pada pekan depan, supaya saling mengerti permintaan masing-masing. 

"Jangan lama-lama lah, kalau bisa Senin, minggu depan dapat ditemukan kesepakatan. Agar investor asing juga langsung teken perjanjian dan bergerak buka outlet di sini," harap Amir. (Fik/Ndw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar