INILAH.COM, Jakarta - Menerbitkan obligasi sepertinya 
sudah menjadi tren perusahaan di Indonesia dalam mencari dana. Lihat 
saja, kini hampir setiap hari muncul berita tentang perusahaan yang akan
 menerbitkan surat utang. Melihat besarnya semangat berhutang, Bank 
Pembangunan Asia (ADB) yakin penerbitan obligasi korporasi tahun ini 
akan lebih ramai dari tahun sebelumnya.
Jika ramalan ADB 
menjadi kenyataan, maka Indonesia akan kembali mencatatkan diri sebagai 
pemimpin pasar obligasi korporasi di kawasan Asia Timur. ADB mencatat, 
tahun lalu outstanding obligasi korporasi Indonesia mencapai 
US$ 16 miliar atau tumbuh 28% dibanding posisi tahun 2010. “Tertinggi di
 kawasan Asia Timur, di atas China serta Filipina,” ujar Iwan Jaya Azis,
 Head of ADB Office of Regional Economic Integration.
Iwan 
mengungkapkan, sampai saat ini obligasi di kawasan Asia Timur masih 
didominasi oleh negara dengan komposisi 70%, sementara sisanya 
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan. Di Indonesia sendiri, penerbitan
 obligasi masih didominasi oleh perusahaan yang bergerak di sektor 
finansial. Disusul sektor infrastruktur, seperti PLN dan Jasa Marga. 
“Namun dalam empat tahun ke depan kompisisi tersebut akan berubah,” kata
 Iwan.
Tampilnya Indonesia sebagai penerbit obligasi terbesar di 
Asia Timur tentu amat mencemaskan. Maklum, salah penyebab krisis krisis 
2008 adalah akibat tidak terkontrolnya penerbitan obligasi oleh 
korporasi. Kecemasan itu semakin kuat setelah menyaksikan kehancuran 
perekonomian Yunani, Spanyol, dan Italia yang tak sanggup membayar 
obligasi yang telah jatuh tempo.
Namun kecemasan itu dibantah 
Iwan. Menurutnya, 42% obligasi Indonesia memiliki masa jatuh tempo lebih
 dari 10 tahun. “Ini lebih baik dibandingkan negara lain di Asia Timur. 
Apalagi sebagian besar obligasi diterbitkan oleh pemerintah,” kata Iwan.
 [tjs]
 

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar