Halaman

Jumat, 01 April 2011

Kontes Mata Uang Utama: Siapa Paling Cantik?

(Vibiznews – Business) – Apa yang Anda lakukan jika hal-hal buruk menjadi bertambah buruk dan Anda berusaha mencari keuntungan di pasar valuta asing? Seperti yang kita amati saat ini mata uang utama dunia seperti dolar, euro, poundsterling dan yen tampak makin tidak menarik di tengah kondisi ekonomi dan politik global yang tidak menentu. Dengan kondisi yang terjadi saat ini para pelaku pasar mengalihkan minat mereka kepada mata uang Negara-negara di Asia karena keterbatasan pilihan yang ada. (31/03)

Menurut David Bloom, strategis valuta asing di HSBC London, langkah pelaku pasar untuk melarikan diri ke dalam mata uang-mata uang dari Asia merupakan konsekuensi dari pasar mata uang dan asset yang memiliki return dan risiko tinggi yang sedang berada dalam trend bullish. Asset-aset demikian umumnya terdapat di Negara-negara emerging market. Akan tetapi Bloom menyatakan bahwa aksi para pelaku pasar beralih ke dalam mata uang emerging market didasari alasan yang salah.

Bloom memperingatkan bahwa apabila kebijakan QE2 sudah selesai dilakukan, bagaimana pasar mendefinisikan sesuatu yang buruk akan berubah dengan cepat. Perubahan persepsi akan kebijakan moneter di AS akan menimbulkan peralihan pasar yang sangat besar di pasar valas. Terutama sekali hal tersebut akan terjadi apabila investor masih menyimpan mata uang Negara emerging market yang ‘jelek’ karena merasa tidak memiliki pilihan.

Siapa yang Paling ‘Jelek’?

Ekspektasi kenaikan suku bunga telah membantu mengangkat mata uang euro pada perdagangan beberapa minggu belakangan meskipun kondisi muram masih mewarnai ekonomi zona euro yang yang lebih miskin.

Bloom menyatakan bahwa pasar yang sebelumnya memprediksikan Fed akan mengakhiri kebijakan QE2-nya karena data ekonomi AS menjanjikan akan kecewa. Sesungguhnya data ekonomi di Negara itu belum terlalu baik sehingga kemungkinan Fed akan membatalkan atau mengurangi besaran QE2 masih sangat kecil.

Bloom menggarisbawahi bahwa dengan kondisi tersebut, saat ini euro tampak masih lebih cantik dibandingkan dengan dolar AS. Bahkan euro pada dasarnya merupakan mata uang utama yang tercantik untuk saat ini.

Bloom menyatakan bahwa poundsterling masih akan bergerak bearish dan yen akan menjadi yang paling buruk di tengah aksi G7 yang berkolaborasi untuk menekan pergerakan nilai tukar mata uang Jepang tersebut.

Yen Kehilangan Status Safe Haven

Dengan kondisi yen yang tidak dapat diharapkan saat ini, para pelaku pasar mulai mencari mata uang alternative yang dapat digunakan sebagai safe haven sekaligus instrument carry trade. Seperti yang kita maklumi bersama, yen yang merupakan mata uang Jepang yang memiliki suku bunga sangat rendah merupakan mata uang yang lazim digunakan untuk carry trade.

Dalam kegiatan carry trade ini para investor meminjam uang dari bank-bank Jepang yang berbunga rendah, dan menempatkannya pada asset atau mata uang yang memiliki return lebih tinggi (suku bunga lebih tinggi) di luar negeri. Akan tetapi dengan pergerakan yen yang lesu saat ini para investor memilih untuk tidak membeli yen.

Dengan kondisi yang yang melemah, para investor yang memilih untuk menghindari risiko akan menghindari mata uang tersebut. Para investor akan memilih mata uang lain seperti franc swiss (swissie), krona, rand, real brazil atau lira turki.

Ricky Ferlianto, Managing Director Indonesia Investment Academy (IIA) menyatakan bahwa pergerakan mata uang saat ini sudah berada pada tahap yang tidak wajar dalam arti bukan lagi karena faktor jual beli mata uang semata-mata melainkan karena adanya strategi-strategi dari pemerintah di masing-masing negara yang sengaja melemahkan mata uangnya karena faktor exportir dimana untuk melindungi export nya maka dengan sengaja mata uangnya di lemahkan supaya barang-barang nya dapat bersaing dalam perdagangan internasional. Fenomena ini dikenal saat ini dengan nama perang kurs. Lihat saja pada mata uang Cina dimana nilai mata uangnya harusnya jauh lebih besar dari yang ada sekarang tetapi terus ditahan pada level saat ini meskipun pemerintah AS telah habis-habis an mengecam dan menekannya. Demikian juga dengan lemahnya mata uang AS saat ini juga karena sengaja di biarkan melemah. Dan yang paling terbaru adalah menguatnya mata uang Jepang yang terjadi dengan sangat mendadak dan sangat tajam karena bencana Tsunami yang diikuti oleh ancaman radiasi nuklir, membuat pemerintah Jepang kelabakan dan mengambil langkah2 pengamanan yang diikuti dengan bantuan dari negara2 G7 atas permintaan pemerintah Jepang untuk melemahkan mata uang nya. Jadi bicara mengenai kontes kecantikan mata uang, ada peranan pemerintah yang tidak suka kalau mata uangnya cantik.

Sementara itu Alfred Pakasi, CEO Vibiz Consulting memandang bahwa agresifitas China memborong mata uang negara lain patut dijadikan perhatian. Saat Eropa sedang terbelit oleh tingginya hutang pemerintah yang menjatuhkan harga obligasi pemerintah di zona ini, China merupakan pemborong besar aset-aset tersebut. Secara pasti, China juga merupakan pemilik utama terhadap sekuritas jangka panjang pemerintah Amerika Serikat menggeser Jepang. Dominasi China sebagai salah satu investor penanam modal asing yang utama di benua Afrika tidak diragukan lagi. Belakangan terlihat China yang menyerbu memasuki pasar keuangan di Australia. Di Indonesia pun China terlihat semakin berperan sebagai bagian dari derasnya arus modal masuk ke dalam negeri. Secara strategis nampaknya Pemerintah China sedang berusaha untuk memperkuat dominasi kehadirannya di pasar finansial dunia, yang bisa jadi merupakan langkah dalam memperkenalkan Yuan sebagai mata uang dunia, nantinnya.

Kristanto Nugroho selaku komisaris BBJ memandang bahwa mata uang yang cantik justru sedang tidak disukai oleh pemerintahnya, khususnya dalam rangka mrlindungi ekspornya, maka banyak pemerintah atau bank sentral yang berupaya melemahkan mata uangnya.

(Ika Akbarwati/IA/vbn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar