Halaman

Kamis, 03 November 2011

Hidup-Mati Keanggotaan Yunani di Uni Eropa Tergantung Hasil Referendum

(Vibiznews – Business) – Ketegangan di pasar keuangan akibat kisruh berkelanjutan mengenai krisis Yunani dan Eropa tampaknya mulai memasuki babak baru (02/11). Setelah diharapkan segera terselesaikan paska keluarnya keputusan penanganan krisis keuangan minggu lalu, pada hari Senin minggu ini pasar kembali diguncang oleh kekhawatiran.

Hanya selang beberapa hari setelah para petinggi Eropa berhasil mencapai kesepakatan penanganan krisis yang di motori Presiden Perancis Nicholas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel, PM Yunani George Papandreou secara mengejutkan mengumumkan bahwa ia akan melemparkan referendum ke rakyat Yunani untuk menentukan tingkat kepercayaan pada pemerintahannya dan menentukan apakah Yunani mau menerima bantuan dari Uni Eropa, dengan segala persyaratannya.

Langkah yang dilakukan Papandreou ini banyak dinilai sebagai sebuah pertaruhan yang sangat berbahaya. Setelah berbulan-bulan berjuang untuk mendapatkan persetujuan paket pengetatan fiskal di parlemen Yunani, sekarang Papandreou menempatkan pemerintahannya, juga nasib dari Uni Eropa secara keseluruhan, di tangan rakyat dan parlemen Yunani.

Papandreou menyatakan kepada partai pendukungnya bahwa ia mempercayai penilaian dari rakyat Yunani, dan yakin bahwa rakyat akan melakukan hal yang benar. Dalam jangka waktu beberapa minggu ke depan, pinjaman dari Uni Eropa akan menjadi sebuah kontrak. Sebelum itu rakyat Yunani harus memutuskan apakah mereka akan menerima atau menolaknya.

Keputusan Papandreou untuk melemparkan referendum ini mengakibatkan pasar kembali dipenuhi ketidakpastian. Pasalnya langkah pengetatan pengeluaran pemerintah di dalam negeri akan berdampak besar kepada tingkat kesejahteraan masyarakat Yunani. Hal ini mengakibatkan potensi rakyat Yunani untuk menolak pinjaman dari Uni Eropa cukup besar.

Hidup Mati Keanggotaan Yunani di Uni Eropa

Sebetulnya keputusan Papandreou sendiri menuai kontroversi, bahkan di intern partainya. Beberapa petinggi partai pendukung Papandreou memintanya untuk tidak membahayakan keanggotaan Yunani dalam Uni Eropa, langkah yang membuat bursa saham global kembali terhantam melemah. Euro turut menerima konsekuensi dari keputusan tersebut dan terpuruk ke posisi terendah dalam tiga minggu belakangan terhadap dolar.

Akan tetapi Papandreou justru menilai bahwa hasil referendum nanti akan mencerminkan bahwa komitmen Yunani untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa adalah sesuatu yang nyata dan diinginkan oleh seluruh rakyat. Papandreou masih merasa sangat yakin bahwa hasil referendum akan menunjukkan bahwa rakyat Yunani akan menerima persyaratan bantuan dari Uni Eropa. Papandreou menyatakan bahwa ia ingin menunjukkan bahwa demokrasi masih lebih berkuasa dibandingkan dengan keinginan pasar.

Langkah Papandreou ini berpotensi mempermalukan Perancis yang akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan petinggi kelompok G20 yang akan dimulai Kamis besok. Sebelumnya Sarkozy telah melawati beberapa Negara, termasuk China agar bersedia membantu proses penyelamatan Yunani dari Eropa. Keputusan referendum Yunani akan membuat Negara-negara lain berpikir dua kali sebelum “melemparkan sekoci penyelamat”.

Presiden Perancis Nicholas Sarkozy sendiri telah menyatakan kekhawatirannya atas rencana referendum Yunani tersebut. Menurut Sarkozy menerima persyaratan dan bantuan dari Uni Eropa tersebut merupakan satu-satunya cara Yunani dapat keluar dari kemelut utang.

Menteri keuangan Jepang Jun Azumi juga menyuarakan komentar senada dengan Sarkozy. Ia menyatakan keterkejutannya dengan rencana referendum tersebut, menambahkan bahwa referendum jelas tidak termasuk dalam program penyelamatan Yunani.

(Ika Akbarwati/IA/vbn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar