Halaman

Selasa, 01 November 2011

Otak Orang Gemuk Kehilangan Kontrol Ketika Melihat makanan

Jakarta, Diet mati-matian seringkali gagal ketika melihat makanan enak tersaji di atas meja makan. Hal ini lumrah dijumpai. Bukan karena masalah niat, namun fenomena ini sebenarnya terjadi karena otak orang gemuk merespon makanan berbeda dengan orang kurus.

Pada orang gemuk, bahkan ketika otak tahu tubuh tidak lapar, otak menanggapi makanan seolah-olah tubuh sedang membutuhkan makanan. Itu berarti bahwa ketika orang gemuk mencoba untuk menurunkan berat badan, mereka mungkin harus bertempur dengan pusat saraf tak sadar yang mendorong untuk makan.

Pada orang dengan berat badan normal, sistem saraf yang memperkuat perasaan positif berhubungan dengan makanan akan mati ketika kadar gula darah kembali normal setelah makan. Sinyal ini menandakan bahwa kebutuhan tubuh akan kalori telah terpenuhi. Tetapi pada orang gemuk, pusat saraf di otak tengah tetap aktif ketika melihat makanan berkalori tinggi, bahkan ketika kadar gula darahnya telah normal.

"Peran regulasi glukosa hilang pada orang dengan obesitas. Hal ini dapat menjelaskan kuatnya dorongan untuk makan pada beberapa orang gemuk, tak peduli seberapa banyak mereka telah makan," kata Elissa Epel dari University of California, San Fransisco, seorang peneliti obesitas yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, sembilan orang ramping dan lima orang relawan dewasa dengan obesitas diperlihatkan foto-foto makanan seperti es krim, kentang goreng, kol, atau salad saat menjalani scan otak. Sepanjang prosedur, peneliti meminta peserta penelitian menilai rasa laparnya dan seberapa banyak menginginkan makanan tersebut.

Peserta penelitian menjalani scan otak beberapa jam setelah makan. Para peneliti menggunakan pompa insulin untuk menstabilkan kadar gula darah peserta penelitian dalam taraf normal (sekitar 90 miligram per desiliter) atau mendekati rendah (sekitar 70 miligram per desiliter).

"Kadar gula darah yang rendah dapat terjadi dengan singkat pada siang hari, terutama pada penderita diabetes atau gangguan metabolik yang menyebabkan diabetes," kata pakar endokrinologi, Robert Sherwin dari Yale University, salah satu penulis penelitian.

Semua peserta penelitian melaporkan ingin makan ketika glukosa darahnya rendah, terutama makanan tinggi kalori. Scan otak menunjukkan bahwa korteks prefrontal atau bagian otak yang mengendalikan akal dan kemauan menjadi tidak aktif ketika glukosa darah rendah, sedangkan daerah otak yang mendorong makan tetap aktif. Pada orang kurus, kecenderungan tersebut berlawanan ketika glukosa darah telah normal.

"Bagian otak yang memungkinkan orang untuk secara sadar mengerahkan kemauan makan sebagian besar tidak aktif pada orang gemuk. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan otak pada orang gemuk dapat melanggengkan obesitas," kata Sherwin seperti dilansir dari Sciencenews.org, Selasa (1/11/2011).

Meskipun kecil, penelitian ini dirancang dengan begitu baik dan terkontrol. "Hal itu memungkinkan kita dapat melihat hasil yang akurat dalam perbedaan yang relatif kecil," kata ilmuwan obesitas Dianne Lattemann dari Veterans Affairs Puget Sound Health Care System di Seattle.

(ir/ir)
Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar