Halaman

Selasa, 05 Oktober 2010

Orang-orang Super Kaya Kini Beralih Memilih Investasi Emas

DetikFinance - Jenewa - Ditengah kondisi perekonomian dunia yang labil, orang-orang super kaya di dunia pun meresponsnya dengan mengalihkan portofolio investasinya ke emas.

Mereka menarik aset-asetnya dari sistem finansial dan memborong emas hingga berbatang-batang, bahkan ada yang hingga berton-ton untuk mencari tempat lindung investasi yang dianggap paling aman.

Eksekutif UBS, Josef Standler mengatakan, kekhawatiran akan terjadinya pelemahan ekonomi yang berlarut-larut telah meningkatkan minat terhadap emas, termasuk juga saham-saham sektor pertambangan dan exchange-traded funds (ETF) atau reksa dana yang diperdagangkan di bursa.

"Mereka tidak hanya membeli ETF atau produk berjangka, mereka juga membeli emas secara fisik," yar Standler dalam Reuters Global Private Banking Summit, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/10/2010).

UBS kini tercatat sebagai salah satu bank terbesar Swiss yang memiliki klien-klien kakap dengan aset yang diinvestasikan mencapai US$ 50 juta.

UBS merekomendasikan kepada klien-klien kelas atasnya untuk menyisihkan 7-10% asetnya ke logam-logam berharga seperti emas. Mereka pun kini bisa menikmati untung besar karena kenaikan harga emas yang cukup besar dalam beberapa bulan terakhir dan pada Senin kemarin berada di level US$ 1.314,50 per ounce, atau mendekati level tertingginya yang dicetak pekan lalu.

"Kami memiliki sebuah contoh nyata dari pasangan yang membeli lebih dari 1 ton emas dan membawanya ke tempat lain," ungkap Stadler.

Dengan mengacu pada harga sekarang, maka emas yang dibeli pasangan klien UBS itu setara dengan US$ 42 juta.

Chief investment officer Julius Baer untuk Asia juga merekomendasikan investor-investor kaya untuk memarkirkan sebagian asetnya pada emas, sebagai tempat investasi aman di tengah data-data perekonomian AS yang belum baik dan kekhawatiran akan pelemahan mata uang.

"Saya melihat emas sebagai sebuah jaminan. Saya merekomendasikan 10% sebagai minimum portofolio dan sisanya bisa digunakan untuk tujuan perdagangan, guna merespons sinyal onverbought atau oversold," jelasnya.

Jauh sebelumnya, taipan kaya George Soros telah memperingatkan, emas kini telah mencapai 'puncak bubble' karena tidak memiliki nilai sesungguhnya kecuali pada harga pasar.

Namun Stadler mengatakan, logam-logam berharga telah menjadi penjepit portofolio investor, meski muncul pertanyaan apakah itu merupakan investasi jangka panjang yang cerdas.

"Jika Anda berbicara tentang orang-orang super kaya, level ketidakpastian tidak pernah lebih tinggi dalam 2,3 atau 4 tahun terakhir," ujarnya.

"Jika mereka menanyakan kepada saya, 'apakah inflasi akan naik atau kami memasuki siklus deflasi?' Saya tidak tahu. Namun secara jelas tidak ada orang yang tahu," imbuhnya.

Anthony DeChellis, managing director of Credit Suisse's Americas private banking unit mengatakan, klien-klien lebih tertarik melakukan kapitalisasi pada kenaikan harga emas ketimbang menggunakan logam berharga sebagai tempat investasi aman.

"Mereka bertanya 'Jika ini adalah gelembung, seberapa jauh saya bisa mengendarai gelembung itu?' Dan saya tidak dapat mengatakan kita telah melohat lonjakan dalam ketertarikan emas, namun ada ketertarikan atas fenomena itu," urainya.

Nurul Qomariyah - detikFinance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar