VIVAnews - Dua komoditas saat ini tengah menjadi perhatian dunia, yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan emas. Harga Emas dunia saat ini berada pada level US$1.372 per troy ounce.
Peningkatan  harga ini terjadi sekitar 30 persen dalam setahun terakhir. "Analis  memperkirakan harga emas akan berada dikisaran US$1.450 per troy ounce,  sampai akhir tahun ini," kata CEO Indonesia Commodity and Derivatives  Exchange Megain Widjaja ketika dihubungi VIVAnews di Jakarta.

Data  US Geological Survey (USGS), memperlihatkan bahwa produksi emas naik  2,26 ton menjadi 2.350 ton pada 2009. Produksi ini, 9,6 persen di bawah  puncaknya pada 2001.
Thomas Chaize, pengamat emas dari GoldSeek.com seperti dikutip VIVAnews,  mengamati bahwa penurunan produksi telah membuat harga emas melambung  tinggi. Dalam satu dekade, harga emas naik dari US$275 troy ounce (1  troy ounce setara 31,1 gram) menjadi lebih dari US$1.300 pada bulan ini.
Sementara  itu, harga CPO dunia saat ini mencapai level US$890 per ton. "Hingga  akhir tahun, harganya akan berada dikisaran US$900–950 per ton," ujar  Nico Omer Jonckheere, vice president PT Valbury Asia Securities di Jakarta.
Artinya,  ada kenaikan sekitar 40,11 persen dibandingkan rata-rata harga CPO pada  tahun lalu (2009), yakni di level US$678 per ton. Nilai itu jauh lebih  tinggi dari ekspektasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)  yang hanya memprediksikan naik sebesar 12 persen.
Kenaikan harga ini juga disebabkan tidak seimbangnya antara permintaan dan ketersediaan barang untuk CPO.

Riset OSK Investment meningkatkan target price earning ratio (PER) untuk saham perkebunan dari 15 kali menjadi 18 kali untuk tahun 2011.
Minimnya  produksi CPO dunia tak terlepas, karena faktor cuaca yang tidak  menentu, curah hujan yang tinggi, serta adanya ancaman badai La Nina.  Imbasnya, harga pun terus membumbung dan marjin keuntungan yang  diperoleh perusahaan berbasis CPO menjadi semakin besar.
Kondisi ini diakui beberapa pelaku pasar sebagai kondisi positif (bulish). "Komoditas Indonesia bulish sampai tahun 2011," kata Direktur Utama Ciptadana Securities Ferry Budiman Tanja.
Sedangkan  Megian Widjaja menilai, kondisi ini seharusnya dijadikan momentum untuk  menambah portofolio investasi. "Meski indeks harga saham gabungan di  Bursa Efek Indonesia juga tengah baik, ada baiknya sebagai diferensiasi  portofolio investasi, mengalihkannya sebagian ke komoditas," kata dia.
Emas,  dia melanjutkan, memiliki stabilitas lebih baik ketimbang jenis  investasi lainnya. Data Indonesia Commodity and Derivatives Exchange  menunjukkan, volatilitas emas dalam satu tahun sebesar 18,7 persen. "Ini  yang menyebabkan China switch (beralih) investasi ke emas," kata Megian. Sementara itu, tingkat imbal hasil dari emas dalam dua tahun sebesar 27-30 persen.
Bagaimana  dengan CPO? Menurut Megian, dengan harga Rp7.235 per kilogram untuk  pengiriman Oktober, investasi CPO memiliki tingkat pengembalian sebesar  13,75 persen. Sementara itu, periode yang sama tahun lalu, tingkat  pengembalian investasi CPO minus 20 persen. Jadi, pilih CPO atau emas?
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar