 VIVAnews - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan membeberkan polemik di balik 'ancaman' Yayasan New7Wonders yang akan mencopot Taman Nasional Komodo sebagai finalis tujuh keajaiban dunia terbaru.
VIVAnews - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan membeberkan polemik di balik 'ancaman' Yayasan New7Wonders yang akan mencopot Taman Nasional Komodo sebagai finalis tujuh keajaiban dunia terbaru."Senin  (7 Februari 2011), Pak Menteri akan menyampaikan semuanya," kata  Direktur Konvensi, Insentif, dan Pameran Kementerian Kebudayaan dan  Pariwisata (Kemenbudpar), Nia Niscaya, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Kamis 4 Februari 2011.
Menurut  Nia, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik akan memberikan  keterangan resmi tentang polemik Komodo pada Senin petang sekitar pukul  15.00 WIB di lantai 16 Gedung Kementerian. Semua akan dijelaskan di  sana.
Nia mengakui tahu tentang duduk persoalan  polemik Komodo  dengan Yayasan New7Wonders itu. Tetapi, dia memilih menunggu Jero Wacik  memberikan keterangan resmi terlebih dahulu.
Semalam, Jero Wacik  sedikit menjelaskan tentang kisruh Komodo yang menjadi salah satu dari  28 finalis tujuh keajaiban dunia terbaru. Awalnya, Jero tidak melihat  ada masalah. Tetapi belakangan, Menteri yang juga politisi Demokrat ini  'mencium' aroma tak sedap di balik yayasan yang juga panitia  penyelenggara.
Semua berawal dari permintaan panitia agar  Indonesia menjadi tuan rumah pengumuman atau deklarasi kemenangan tujuh  keajabian dunia terbaru pada tanggal 11 November 2011 atau 11-11-2011.
"Wah,  tadinya saya sudah menaksir, kalau ini deklarasinya di Indonesia maka  satu hal akan kita dapat yakni gaungnya. Tapi persyaratannya yang berat.  Kita harus membayar komitmen fee sebesar US$10 juta," kata Jero Wacik  usai rapat kabinet semalam di Kantor Presiden.
Angka itu  ternyata hanya diperuntukkan sebagai komitmen pengumuman juara keajaiban  dunia terbaru. Menurut Jero, panitia meminta lagi sekitar US$35 juta  untuk pelaksanaan acara.
"Itu berarti lebih dari Rp450 miliar.  Saya hitung-hitung layak atau tidak mengeluarkan Rp450 miliar untuk  menjadi tuan rumah yang belum tentu menang. Saya kan bekas pengusaha,  saya hitung lagi," kata Jero. Tapi menurut Jero, angka itu tidak  sepadan. "Tidak nunutlah, tidak sampai hati mengeluarkan uang sebesar  itu."
Yang disesalkan ketika panitia mengatakan, "Indonesia kalau tidak mau menjadi tuan rumah nanti bisa kita delete,"  kata Jero mengutip panitia. Terang saja hal itu membuat kecewa. Padahal  masih ada 27 finalis dari 27 negara yang juga masuk dalam daftar.  Kenapa ada kesan pemaksaan?
"Ada Abu Dhabi, China, dan lain-lain.  Saya berpikir, kalau Indonesia tidak mau, seharusnya negara lain bisa.  Tidak masalah bila berlangsung di negara lain, yang penting kita bisa vote (komodo). Rupanya mereka mengancam saya, mengancam Indonesia," sesal Jero.
Karena  merasa terancam, rasa nasionalisme Jero bangkit. Jero lalu  mempertanyakan integritas dan kredibilitas yayasan penyelenggara. Meski  demikian, menteri asal Bali ini tetap berpikir positif saja. Karena  promo tujuh keajaiban dunia ini ternyata sudah menguntungkan Indonesia.
"Sejak New7Wonders itu  digembar-gemborkan, sudah ada peningkatan 400 persen. Jadi, untungnya  sudah kita dapat," ungkapnya. Jero meminta semua pihak tidak berkecil  hati. Karena Jero mensinyalir, yayasan itu juga memiliki kepentingan  bisnis.
Bagaimana kalau Komodo dicopot dari nominasi? "Delete saja. Kami akan tetap berpromosi. Paling juga tiga tahun tidak ada lagi," yakin Jero. (umi)
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar