Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Daftar Proyek RI yang Didanai Investor Jepang

VIVAnews - Para calon investor Jepang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda untuk mundur dalam beberapa proyek infrastruktur dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta atau Public Private Partnership (PPP).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Kementerian Keuangan saat ini sedang mendorong 5 showcase project yang diharapkan bisa sukses agar dapat berjalan tahun ini.

Lima proyek tersebut di antaranya Terminal Cruise Tanah Ampo Bali, Jalan Tol Medan-Kuala Namu Tebing tinggi, dan Proyek Air Minum Umbulan, Jawa Timur.

Selain itu, proyek lainnya adalah rel kereta api Bandara Soekarno Hatta-Stasiun Manggarai, DKI Jakarta dan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara, Jawa Tengah.

Berdasarkan data Bappenas ada beberapa proyek infrastruktur yang terindikasi melibatkan calon investor Jepang dengan skema PPP. Beberapa proyek itu di antaranya ada yang termasuk dalam showcase project tersebut.

Berikut daftar proyek tersebut:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara, Jawa Tengah

Estimasi nilai investasi sebesar US$ 3 miliar. Penanggung jawab proyek kerja sama (PJPK) adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Dari tujuh penawar terkualifikasi yang mengikuti proses tender, terdapat perusahaan Jepang, yakni Marubeni Corp, Mitsubishi Corp, Mitsui and International Power Plc Consortium, dan J Power.

Sementara itu, calon investor lainnya adalah China Shenhua Energy Company,
CNTIC-Yudean Consortium, dan Korean Electric Power Corp.

"Proses proyek ini sudah berjalan jauh, dan kami telah masuk tahap pelelangan," kata Eko Wiji Purwanto, perencana pada Direktorat Pengembangan Kerja Sama Pemerintah dan Swasta, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ Bappenas, kepada VIVAnews.com di Jakarta.

Namun, dia menjelaskan, proses tender ini belum bisa dilakukan finalisasi dokumen.

2. Rel Kereta Api Bandara Soekarno Hatta-Stasiun Manggarai.

Estimasi nilai investasi sebesar US$735 juta dengan penanggung jawab proyek kerja sama adalah Kementerian Perhubungan.

PJPK telah melakukan proses prakualifikasi untuk investor sebanyak tiga kali. Terdapat tiga calon investor yang dinyatakan lulus tahap prakualifikasi, dan satu di antaranya adalah perusahaan Jepang, yaitu konsorsium Mitsui & Co Ltd.

Sementara itu, calon investor lainnya adalah konsorsium PT Railink dan konsorsium China Harbour Engineering Company-Agung Sedayu Permai.

Ketiga calon investor itu telah melaksanakan proses prakualifikasi, di saat proyek tersebut tidak mendapat dukungan pemerintah. Namun, saat ini, proyek itu telah mendapat dukungan pemerintah, sehingga proses prakualifikasi yang telah dilakukan tinggal menunggu kepastian dari Kementerian Perhubungan.

"Apakah nanti proses prakualifikasinya akan diulang, atau tidak. Tapi, secara logika seharusnya diulang, karena dulu proses tanpa dukungan pemerintah," kata Sunandar, fungsional perencana pada Direktorat Pengembangan Kerja Sama Pemerintah dan Swasta, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ Bappenas.

Dia menjelaskan, jika proses prakualifikasi diulang, belum dapat dipastikan apakah perusahaan dari Jepang itu akan ikut lagi atau tidak. Proyek ini dinilai paling banyak bermasalah karena terkait pembebasan lahan yang lebih mahal dari seharusnya.

3. Puruk Cahu-Bangkuang Railway di Kalimantan Tengah.

Proyek ini merupakan pembangunan rel kereta api untuk mengangkut batu bara.

Estimasi nilai investasi sebesar US$2.100 juta dengan penanggung jawab proyek kerja sama adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Proses prakualifikasi sudah dilaksanakan dan ditetapkan empat perusahaan yang lulus pada awal tahun ini. "Dari empat perusahaan itu, ada dari Jepang, yakni Itochu," kata Sunandar.

Dia menjelaskan, proyek tersebut saat ini sedang dalam tahap finalisasi dokumen tender. Proyek ini nantinya harus ada kesepakatan dengan masing-masing perusahaan yang perjanjiannya akan dijadikan satu paket dengan dokumen tender.

4. Proyek Air Minum Umbulan, Jawa Timur.

Estimasi nilai investasi sebesar US$204,2 juta dengan penanggung jawab proyek kerja sama adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Saat ini, proyek dalam proses pendaftaran prakualifikasi.

Menurut perkiraan, pada Mei mendatang akan terlihat daftar calon investor yang masuk prakualifikasi. Dalam proyek ini nantinya akan ada investor asing yang berminat, salah satunya dari Jepang. Selain itu, ada calon investor dari China dan sejumlah perusahaan Korea Selatan.

Dari beberapa proyek infrastruktur, ternyata Jepang tidak berminat pada semua lini, melainkan akan memilih sektor yang memiliki keuntungan dalam proses persaingan seperti listrik dan kereta api. Bappenas hingga saat ini optimistis bahwa Jepang akan terus menjaga komitmennya dalam kerja sama proyek infrastruktur dengan skema PPP.

"Saya kira mereka (Jepang) tidak akan berubah untuk pola PPP ini," ujar Eko.

Namun, untuk proyek yang skemanya Government to Government dengan tekanan ekonomi yang ada di dalam, seperti defisit dan lain sebagainya, dia belum dapat memastikannya. "Untuk dana bantuan tahun depan dari Jepang juga akan ada dampaknya," kata Eko.

Eko menjelaskan, bencana tsunami akan berdampak terhadap perekonomian Jepang. Namun, bagi perusahaan infrastruktur yang memiliki pasar di luar Jepang, pengaruhnya tidak terlalu besar. Investor Jepang hingga saat ini masih terus menjalankan proses kerja sama dengan skema PPP itu.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar