Halaman

Selasa, 29 Maret 2011

Ford vs GM Kian Seru; Manfaatkan Tertekannya Perusahaan Otomotif Jepang

(Vibiznews - Business) - Paska terjadinya gempa dan tsunami di Jepang, sektor otomotif dunia dihadapkan pada sebuah kekhawatiran terutama mengenai spekulasi penurunan pasokan mobil dari Jepang yang merupakan negara eksportir otomotif. Cukup beralasan memang, mengingat banyak produsen otomotif besar seperti Toyota, Honda dan Suzuki merupakan andalan negara tersebut dalam berkecimpung di industri otomotif dunia. Spekulasi berkurangnya pasokan cukup terbukti mengingat beberapa hari paska gempa, manajemen Toyota memperkirakan bahwa jumlah produksi mobil Toyota akan berkurang sebanyak 400.000 unit dalam jangka pendek. Rusaknya pabrik dan hancurnya fasilitas-fasilitas pendukung, menjadi sebuah tantangan yang sangat berat bagi sektor otomotif Jepang.

Disisi lain, kekhawatiran tersebut bertolak belakang dengan semangat produsen-produsen otomotif lokal di negara-negara importir. Amerika Serikat misalnya, setelah selalu dibombardir oleh impor mobil asal Jepang, mungkin kini saatnya bagi perusahaan lokal untuk unjuk gigi ditengah kterbatasan pasokan mobil asal Jepang seperti dari Toyota, Honda dan Suzuki. General Motors dan Ford yang merupakan produsen otomotif terbesar di AS melihat sebuah harapan untuk mengembalikan citra sebagai brand otomotif favorit dalam negeri.

Persaingan Dua "Raksasa" Lokal

Kedua perusahaan tersebut bahkan memiliki prospek yang baik dalam jangka pendek ditengah masa konsolidasi yang dilakukan oleh produsen-produsen otomotif asal Jepang. Bahkan tidak menutup kemungkinan, persaingan akan kembali sengit menyusul leluasanya 2 produsen tersebut dalam mengembangkan bisnis didalam negeri. Persaingan yang ketat pada 2 perusahaan ini memang telah terjadi sejak lama. Bahkan jika ditilik secara bersamaan, keduanya memiliki market share yang hampir sama. General Motors memimpin dengan pengusaan sebesar 19,6%, sedangkan Ford 16,6% dari seluruh penjualan mobil di AS tahun 2010.

Posisi yang dimiliki oleh GM tersebut juga merupakan hasil kerja keras perusahaan paska sempat tertekannya kondisi finansial perusahaan pada tahun 2009 lalu. Dan sekarang, dibahwa CEO yang baru, Dan Akerson, General Motors terus membuktikan eksistensinya sebagai produsen otomotif AS terdepan. Strategi yang berbeda justru dilakukan oleh Ford. Di bawah kepemimpinan Alan Mulally, Ford justru lebih mengedepankan adanya ekspansi keluar AS seperti Asia dan Eropa.

Namun beberapa kelebihan dari GM dibanding Ford dapat kita catat terutama paska rilisnya IPO yang diluncurkan pada awal tahun ini. Kondisi keuangan perusahaan dan kapitalisasi market yang dimiliki oleh GM terus mengalami perkembangan. Dan dampak dari IPO tersebut cukup memukul harga saham Ford yang turun 13% sejak awal tahun sampai dengan saat ini. Positifnya prospek keuangan GM dinilai akibat adanya terobosan yang signifikan terutama di neraca keuangan yang terus membaikan paska di bail out oleh pemerintah.

Dalam jangka pendek, kita akan disuguhkan oleh persaingan yang terus ketat dari kedua perusahaan tersebut. Berbagai strategi diperkirakan akan muncul mengingat keduanya tidak akan melepaskan kesempatan dimana produsen-produsen otomotif Jepang sedang berbenah diri akibat rusaknya fasilitas yang dimiliki.

Alfred Pakasi, CEO Vibiz Consulting menyatakan Jepang merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia saat ini. Bencana alam gempa bumi, tsunami dan berlanjut radiasi reaktor nuklir di Jepang dipastikan akan menjatuhkan pertumbuhan ekonomi Jepang menjadi negatif untuk tahun 2011. Goncangan yang berdampak kepada kinerja ekspor Jepang, dapat dipandang sebagai peluang bagi negara-negara maju eksportir, seperti Korea Selatan, India dan Amerika Serikat -serta semoga juga Indonesia. Peluang ini yang hendak dimanfaatkan dengan secepatnya oleh Ford dan GM. Untuk GM apalagi. Setelah pernah dinyatakan bangkrut teknikal akibat kasus subprime mortgage yang lalu, GM melihat momen ini sebagai peluang untuk bangkit secara signifikan, baik untuk pasar domestik AS maupun pasar luar negerinya. Sudut pandang demikian, secara jeli melihat peluang bisnis yang terbentuk akibat bencana alam di Jepang diharapkan juga dapat diambil oleh para eksportir kita.

Sementara itu Lie Ricky Ferlianto, Executive Director Indonesia Investment Academy (IIA) menjelaskan dengan berkurangnya pasokan dari Jepang bukan lagi sebuah spekulasi dan prediksi, melainkan sudah menjadi kenyataan dimana Ketua Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat (APKB) Jawa Tengah baru-baru ini Agus Sofyan mengungkapkan kesulitan bahan baku dan suku cadang yang dialami oleh PMA asal Jepang di Jateng, terutama yang bergerak di sector elektronik, otomotif dan textile. Kondisi ini mendorong perusahaan di kawasan berikat mengalihkan importasi dari Jepang ke China dan Eropa. Namun karena harga suku cadang di Eropa relative lebih tinggi, pengusaha umumnya memilih impor dari China, meskipun kualitas di bawah kualitas produk Jepang. Dalam jangka panjang maka Mobil-mobil keluaran Jepang ini akan menjadi lebih rendah mutunya dan ini merupakan kesempatan bagi mobil-mobil keluaran Negara lain seperti Ford dan GM menunjukkan kelebihannya dalam hal kualitas.

Sedangkan bagi Kristanto Nugroho, Komisaris Bursa Berjangka Jakarta, terlepas dari penyebabnya yaitu bencana, maka dalam persaingan sebuah kesempatan merebut pasar bisa terjadi apabila ada keunggulan, kalau Ford dan GM merebut pasar karena problema yang sedang dihadapi pesaingnya dari Jepang tanpa memberikan keunggulan, maka hal ini tidaklah berlangsung dalam jangka panjang.

(Joko Praytno/JP/vbn)

(foto:autoadvanceparts.net,spbcar.ru)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar