Halaman

Selasa, 24 Januari 2012

Angklung Hipnotis Hamburg, Jerman

Untuk pertama kalinya, Technical University of Hamburg (TUHH) menggelar konser kooperasi bersama Stadtteilschule Harburg. Telah terdaftar tujuh grup musik ternama yang siap mengisi program acara “Just Music“ pada Sabtu, 14 Januari kemarin. Salah satunya, grup musik Angklung Hamburg Orchestra (AHO) bimbingan Prio Adhi Setiawan dipercaya untuk memeriahkan konser perdana tersebut.

Sejak didirikan pada tahun 2002 oleh para mahasiswa Indonesia di TUHH, AHO telah menjadi salah satu duta budaya Indonesia yang aktif berpartisipasi dalam berbagai acara kebudayaan di Jerman bagian Utara.
Grup musik yang kini beranggotakan 30 pelajar berumur 13-23 tahun ini mempunyai misi untuk memperkenalkan alat musik angklung kepada masyarakat Jerman. Tidak kehilangan kreativitas, beraneka ragam kegiatan telah berhasil diadakan, mulai dari ngamen di pusat-pusat kota sampai dengan bekerja sama dengan KJRI Hamburg untuk mendirikan program “Angklung for Kids”, untuk anak-anak TK dan Sekolah Dasar.
Penampilan AHO di konser “Just Music” tercatat sebagai aksi pertama mereka pada tahun 2012. Kali ini, AHO diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu puncak acara yang dikemas dalam waktu tiga jam. Irama “Kicir-Kicir” yang merdu pun melantun di atas panggung Audimax I yang berkapasitas 900 orang, membawa penoton seolah berada di alam nusantara.
Sebelum memperlihatkan kebolehan alat musik bambu tersebut, AHO menyulap lagu “New York – New York” dalam nuansa khasnya. Tak segan untuk mengambil hati penonton, AHO dengan percaya diri memainkan salah satu karya Herbert Grönemeyer, “Demo – Letzter Tag”. Diakhiri oleh senjata pamungkas “Mission Impossible”, AHO kembali mendapatkan riuh semarak tepuk tangan yang luar biasa dari penonton.
Prof. Liese selaku moderator konser dengan antusias berkomentar bahwa “angklung dapat mengubah lagu apapun menjadi unik, menambahkan flair tersendiri.” Dalam wawancara singkat di atas panggung, duo Ketua AHO Ihsan Nuraha dan Hanif Sudarbo memperlihatkan bagaimana mudahnya memainkan angklung serta aspek team-building yang dapat diraih dalam berharmonisasi.
Dengan ini, AHO kembali membuktikan bahwa musik angklung merupakan contoh budaya Indonesia yang bersifat universal dan sangat diminati masyarakat Jerman. Penampilan AHO senantiasa dipenuhi dengan banyak pujian dan juga sambutan meriah dari penonton. Anna Budweg, salah satu penonton “Just Music“, mengaku sangat kagum dan takjub atas kekompakan grup dan kehebatan alat musik sederhana asli Indonesia yang dapat memainkan segala jenis musik ini.

Sekar Mayang W. Wahjudi
Humas Angklung Hamburg Orchestra
www.angklunghamburg.de


Redaktur: Miftahul Falah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar