Halaman

Selasa, 31 Januari 2012

Indonesia Tunjukkan Strategi Ekonomi, Perdagangan dan Kemitraan yang Berorientasi Karya Nyata di WEF

(Vibiznews – Business) - Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan berperan aktif dalam menentukan arah perdagangan global dan strategi ekonomi yang berorientasi pada aksi nyata yang sangat dibutuhkan, meningkatkan posisi Indonesia di dunia, serta menyuarakan kepentingan Indonesia di sesi-sesi tingkat tinggi pada pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2012 di Davos, Swiss. (31/01)

Indonesia berperan penting dalam forum dunia ini karena Indonesia baru saja masuk dalam kategori “trillion dollar club” yang ditandai dengan output ekonomi nasional atau PDB Indonesia yang melampaui nilai US$ 1 triliun (setelah PPP disesuaikan) sejajar dengan RRT, India, Rusia, Brazil, Korea, Meksiko, dan Turki.

Agenda Hari Pertama

Pada hari pertama keikutsertaannya, Mendag Gita Wirjawan memimpin sesi pertemuan yang berjudul “Realizing a New Vision for Agriculture: An Action Agenda” . Di antara para Kepala Negara, para Menteri dan Pimpinan Perusahaan (CEO) dari berbagai penjuru dunia, termasuk Bill Gates -prakarsa Indonesia tentang Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro)- menggalang kerja sama pemerintah dengan perusahaan lokal dan multinasional untuk menjawab tantangan pertanian yang dihadapi Indonesia, adalah topik diskusi yang utama.

Hingga kini, PISAgro telah menetapkan program-program nyata yang berorientasi pada hasil kerja dengan tujuan swasembada pangan dan peningkatan panen produk pertanian yang utama, dengan memperhatikan pelestarian lingkungan serta kesejahteraan sosial rakyatnya. “Meskipun baru diluncurkan tahun lalu, pada pertemuan bergengsi ini, PISAgro mendapat perhatian besar sebagai suatu model kemitraan antar pemerintah dan swasta yang menunjukkan kepemimpinan dan komitmen Indonesia dalam menangani masalah ketahanan pangan melalui program-program pertanian yang berorientasi pada program kerja nyata,” jelas Gita Wirjawan.

Mendag juga turut serta pada pertemuan tingkat tinggi para pimpinan ekonomi dunia yang dipimpin oleh Klaus Schwab, pendiri dan Ketua Eksekutif WEF, dan dihadiri oleh Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick. Mendag menyampaikan sambutan bertajuk “Defining the Imperatives for 2012” , yang secara kritis mendefinisikan dan menyusun prioritas pemerintah untuk mengarahkan ekonomi global ke arah pertumbuhan ekonomi baru. Tema kali ini berbeda dari tema tahun lalu yang didominasi oleh Arab Spring, kemelut di wilayah Eropa, ketidakstabilan mata uang, krisis pengangguran dan kemerosotan ekonomi yang tajam menuju resesi yang dalam. Sesi ini dihadiri oleh berbagai Kepala Negara, Menteri dan CEO dari beberapa negara.

Dengan mendukung penuh partisipasi Indonesia dalam KTT G20 di Los Cabos nanti, Menteri Gita Wirjawan turut serta dalam sesi pertemuan tingkat tinggi di antara perwakilan anggota negara G20 yang bertema ”Priming Mexico’s G20 Agenda” yang dipimpin langsung oleh Presiden Meksiko Felipe Calderon. Selain itu, Mendag Gita juga berpartisipasi dalam pertemuan panel tingkat tinggi tentang Rio+20, bersama Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon; Direktur Jenderal WWF Internasional Jim Leape; Menteri Luar Negeri Brazil Antonio de Aguiar Patriota; dan CEO Unilever Paul Polman. Dengan moderator Vice Chairman Deutsche Bank Group Caio Koch-Weser, sesi pertemuan ini membahas tentang cara-cara realistis untuk melaksanakan agenda pembangunan yang berkelanjutan.

Mendag menyampaikan bahwa, “Indonesia menyadari bahwa green economy merupakan salah satu prinsip yang perlu diterapkan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, dengan kemitraan yang inovatif, diharapkan akan menciptakan pola konsumsi dan pola produksi yang lebih berkesinambungan. Oleh karena itu, contoh kerja sama pemerintah-swasta yang multisektor seperti program PISAgro ini harus diangkat dan diadopsi oleh Rio+20 agar dapat mewujudkan hasil secara nyata (to move rhetoric to metrics) .“

Agenda Hari Kedua
Pada hari kedua, Mendag mengikuti pertemuan informal antar Menteri WTO yang diselenggarakan oleh Switzerland Federal Councilor, Johann N. Schneider-Ammann, dan dipimpin oleh Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy. Pertemuan ini terfokus pada pembahasan cara-cara melangkah demi kemajuan agenda utama WTO, terutama agenda Putaran Doha. Mendag mengangkat pentingnya kepemimpinan politik terutama karena bilateralisme dan regionalisme dapat bergandengan tangan menjadi multilateralisme.
Namun prinsip ini dapat menjadi kecanduan (adiktif) dan dapat mengarah pada ketidakpercayaan (diskredit) pada WTO. Mendag menjelaskan bahwa, “Pokok persoalannya adalah tumbuh menjamurnya bilateralisme dan regionalisme. Jika kurang fokus dan kurang komitmen dalam menjaga multilateralisme, adalah ibarat mobil tanpa GPS”.

Dalam mengakhiri keikutsertaannya dalam sesi pertemuan tingkat tinggi WEF tahun ini, Menteri Gita Wirjawan berpartisipasi dalam diskusi panel bersama Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy; Komisioner Perdagangan untuk Komisi Eropa Karel De Gucht; Utusan Perdagangan Amerika Serikat Ron Kirk; Menteri Perdagangan dan Industri dan Tekstil India Anand Sharma; Menteri Perdagangan Australia Craig Emerson; serta Presiden & CEO EMBRAER Frederico Fleury Curado. Dengan moderator Robert Lawrence, guru besar Ilmu Perdagangan dan Investasi dari Harvard Kennedy School, sesi pertemuan tingkat tinggi ini membahas secara rinci berbagai pandangan mengenai topik yang menjadi pembahasan dalam forum ini sesuai judulnya “After Doha: The Future of Global Trade” .

Mendag mengingatkan kepada para panelis mengenai pentingnya memiliki kepemimpinan politik yang dapat mendorong maju. “Sementara ini kita mengharapkan agar para pemimpin politik dari negara maju berada pada posisinya, sedangkan negara-negara berkembang dan negara-negara yang baru bangkit seperti Indonesia, terus meningkatkan kemampuannya dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendorong industrinya dan meningkatkan posisinya dalam mata rantai perdagangan.”

Sementara itu, pada sela-sela pertemuan forum dunia ini, Menteri Wirjawan bertemu dengan mitranya Menteri Perdagangan dan Industri Norwegia Trond Giske, untuk membahas proses kerja sama yang sedang berlangsung antara kedua negara. Mendag juga bertemu dengan beberapa pimpinan perusahaan tingkat dunia di bidang farmasi, consumer goods, kimia, minyak dan gas, serta perbankan. Selain itu, terdapat berbagai diskusi tambahan yang mendukung kemajuan Indonesia untuk meningkatkan posisinya dalam mata rantai perdagangan, termasuk membahas pembangunan infrastruktur perangkat keras maupun perangkat lunak seperti bidang pendidikan dan kesehatan.

(Ika Akbarwati/IA/vbn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar