 VIVAnews - Pemerintah DKI Jakarta segera  merealisasikan pembangunan tanggul atau dam raksasa untuk pengendalian  banjir di Jakarta. Pembahasan rencana ini akan dimulai Febuari ini  bersama dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan  Umum dan swasta.
VIVAnews - Pemerintah DKI Jakarta segera  merealisasikan pembangunan tanggul atau dam raksasa untuk pengendalian  banjir di Jakarta. Pembahasan rencana ini akan dimulai Febuari ini  bersama dengan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan  Umum dan swasta.Menurut Direktur Sungai dan Pantai Ditjen  Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio, pembuatan  tanggul menjadi penting  karena ancaman pemanasan global dan penurunan  permukaan tanah (land subsidence). Ini menjadi pertimbangan utama untuk  membangun tanggul dan menjadi tanggung jawab pemerintah dan swasta.
"Lihat  jembatan di Jakarta Utara, balok jembatan sudah hampir menyentuh air.  Itu bukan karena airnya naik, tapi juga karena tanahnya sudah turun.  Kalau dibiarkan, Jakarta tenggelam," ujar Pitoyo saat berbincang dengan VIVAnews.com, Kamis 27 Januari 2011.
Kata  Pitoyo, tanggul raksasa akan dibuat untuk membendung laut di Pantai  Utara. Pembendungan akan dilakukan mulai dari kawasan Tanjung Burung,  Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, hingga ke Tanjung Priok, Jakarta Utara.  "Dari Tanjung Priok sampai di Muara Gembong Bekasi. Namun untuk  Pelabuhan Tanjung Priok tetap dibuka," ujarnya lagi.
Kata Pitoyo,  pembuatan tanggul akan menggunakan sistem polder ke arah laut, agar  kawasan di bawah permukaan air laut tidak akan tergenang. Seperti yang  telah dilakukan Belanda dan New Orleans.
Sketsanya, meski air  laut tinggi, tetapi kawasan di bawah permukaan air laut tetap kering  karena ada tanggul laut raksasa yang akan memompa air ke laut.
Deputy  Representative Bos Witteveen, salah satu perusahaan anggota  Konsorsium  Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) Sawarendro  mengatakan, sejak  Desember 2010 telah dilakukan penyusunan rencana  strategi sebagai  bagian kegiatan perencanaan pembangunan tanggul laut  raksasa.
Diharapkan bulan Mei 2011, strategi ini sudah bisa dipaparkan untuk didiskusikan dengan stakeholder yang lain, seperti Bappenas, Departemen PU, Dinas PU dan Pemprov DKI Jakarta.
Terdapat   empat pilihan tanggul laut yang mungkin bisa diterapkan. Pertama,   pembangunan tanggul laut diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara.   Kedua, tanggul laut berada di luar wilayah reklamasi. Ketiga, tanggul   laut berada di luar wilayah reklamasi kecuali Tanjung Priok dan keempat   tanggul laut menghubungkan antar pulau di Kepulauan Seribu.
Pilihan pertama dinilainya merupakan pilihan yang paling mungkin dilakukan untuk dilaksanakan dalam 20 tahun ke depan.
"Opsi   pertama ini membutuhkan pembiayaan yang relatif kecil dan pelaksanaan   bisa dilakukan dengan kontribusi sektor publik dan swasta," ujarnya.  (adi)
• VIVAnews                
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar