VIVAnews - Harga emas terus melonjak di tengah  kekhawatiran pelaku pasar mengenai perekonomian global yang melambat.  Emas pada transaksi Senin berhasil mendekati level US$1.900 per ounce.
Harga  emas meningkat 16,7 persen pada bulan ini, karena kekhawatiran investor  soal adanya potensi resesi AS, masalah utang Eropa dan volatilitas  pasar. Sebab, emas dianggap sebagai investasi yang relatif stabil,  sehingga investor menggunakannya sebagai pelindung nilai terhadap  potensi kerugian dari aktiva lain.
Wakil Presiden Global Futures  RBC Capital Markets, George Gero, menuturkan, investor optimistis,  menyimpan uang dalam bentuk emas sampai pasar saham stabil. "Jika tidak,  emas kemungkinan akan jatuh karena investor memindahkan dananya kembali  ke aset berisiko (saham)," kata dia seperti dilansir laman Associated Press.
Gero  menambahkan, investor juga menunggu apakah Gubernur Federal Reserve,  Ben Bernanke akan membuat pengumuman besar dalam pidatonya Jumat  mendatang pada pertemuan Fed tahunan di Jackson Hole, Wyoming.
Tahun lalu, Bernanke dalam pidatonya di konferensi pers  mengisyaratkan bahwa pemerintah menyiapkan US$600 miliar untuk membeli  obligasi yang dirancang guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Itu  sebabnya, harga komoditas banyak meroket karena dolar AS melemah  terhadap mata uang lainnya.
The Fed diketahui mengakhiri program  membeli obligasi Juni lalu, namun pada jangka pendek menetapkan suku  bunga acuan mendekati nol. Bernanke mengatakan bahwa Fed siap melakukan  lebih banyak lagi, jika perekonomian AS masih lemah.
Emas untuk  pengiriman Desember naik US$39,70 menjadi US$1.891,90 per ounce setelah  sebelumnya mencapai US$1.899,40 per ounce. Ini adalah kali pertama harga  emas mencapai level tinggi. Bahkan, beberapa analis memperkirakan harga  emas bisa mencapai US$2.000 per ounce dalam waktu dekat. (art)
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar