Halaman

Kamis, 02 Juni 2011

Pertumbuhan Ekonomi Australia Alami Kontraksi Terburuk 20 Tahun Terakhir

(Vibiznews - Business) - Pada hari ini (1/6), Biro Statistik Australia merilis laporan mengenai data pertumbuhan ekonomi Australia yang dikabarkan mengalami penurunan pada kuartal pertama tahun ini. Menurut data tersebut, GDP Australia untuk kuartal pertama lalu mengalami pelemahan sebesar 1,2% atau lebih besar dibandingkan prediksi sebelumnya yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Australia hanya akan turun sebesar 1%. Level penurunan tersebut merupakan level negatif terbesar dalam 20 tahun terakhir.

Jika kita mereview sejenak perekonomian Australia dalam 3 bulan pertama tahun ini memang cukup wajar jika pelemahan ekonomi terjadi di negara tersebut. Bersamaan dengan rilisnya data GDP hari ini, beberapa data ekonomi lainnya pun juga bersamaan dirilis seperti data net ekspor untuk kuartal pertama yang mengalami penurunan sebesar 8,7% dan indeks manufaktur untuk bulan Mei yang mengalami pelemahan sebesar 0,7 poin menjadi 47,7 poin.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi Australia di kuartal pertama tahun ini semakin memukul perekonomian negara itu mengingat sikap optimisme yang dilakukan oleh pemerintah Australia di awal tahun ini rupanya mengalami keterganjalan. Bank Sentral Australia (RBA) di awal tahun ini bahkan secara optimis mengatakan bahwa perekonomian Australia akan mengalami penguatan hingga 3,2% (y/y). Dengan sektor ekspor komoditi baik berupa komoditi tambang seperti batubara maupun pangan yang ditopang oleh ekspor gandum.

Disaat yang bersamaan, RBA juga cukup "percaya diri" dengan tetap menjaga level suku bunga acuan di posisi 3,75% atau belum mengalami perubahan sejak awal bulan November tahun lalu. Belum adanya kontraksi di level suku bunga acuan menandakan bahwa RBA masih yakin kondisi fiskal dan moneter di Australia masih akan stabil setidaknya sampai dengan kuartal kedua tahun ini.

Pengaruh Eksternal dan Internal Pelemahan GDP Australia

Menanggapi pelemahan ekonomi Australia di kuartal pertama tahun ini, kita tidak dapat melepaskan beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Tercatat ada dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perekonomian Australia di kuartal pertama. Untuk faktor internal, dampak dari banjir besar yang terjadi

Bahkan prediksi mengenai pelemahan data GDP yang dirilis hari ini sudah diperkirakan akan terjadi sejak bulan Maret lalu dimana tanda-tanda pelemahan ekonomi telah nampak terjadi paska banjir besar yang menghantam negara bagian Queensland dan Brisbane yang notabene merupakan dua negara bagian yang masing-masing ialah sentra pertambangan batubara dan perkebunan gandum. Banjir besar yang terjadi di pertengahan bulan Januari tersebut mendatangkan kerugian sebesar 6 miliar dollar dan sempat membuat berhentinya proses pertambangan batubara selama sepekan di awal bulan Februari.

Blackwater, nama wilayah pertambangan di Queensland bahkan sempat mengalami kerusakan yang cukup parah dan hingga kini masih menjalani proses rekonstruksi guna mengembalikan produksi seperti sebelum terjadinya gempa dan banjir tersebut telah membuat produksi batubara di wilayah tersebut anjlok hingga 80%.

Untuk faktor eksternal mengacu kepada imbas dari negatifnya data-data ekonomi negara lain. Seiring dengan adanya perdagangan global, peran Australia sebagai penghasil batubara terbesar dunia cukup memiliki posisi yang penting bagi negara-negara industri. Namun dengan melemahnya kondisi fundamental ekonomi di beberapa negara industri pun akan memberikan imbas yang negatif bagi perekonomian Australia. Seperti yang terlihat pada perekonomian China yang mengalami penurunan sebesar 0,1% dan ekonomi Jepang yang anjlok sebesar 0,9%. China merupakan importir batubara terbesar dari Australia yang diperuntukkan sebagai bahan baku energi guna industri alat-alat besar dan industri logam.

Alfred Pakasi selaku CEO Vibiz Consulting menambahkan, perkembangan ekonomi di Australia ini agak mengagetkan kalau mengingat sedang terjadinya bullish sejumlah harga komoditas termasuk yang dihasilkan Australia sebagai salah satu negara produsen komoditas utama di dunia, seperti gandum, emas, batubara, dll. Namun demikian, rupanya bencana alam banjir yang menghantam negara bagian Brisbane dan Queensland yang lalu telah melemahkan secara signifikan kinerja produksi gandum dan batubara di sana. Peristiwa ini kurang lebih mirip dengan yang menimpa Jepang: bencana alam telah menekan perekonomian secara nyata, bahkan sampai level resesi untuk kasus Jepang.

Apa yang dialami oleh Jepang dan Australia mungkin bisa menjadi "lesson to be learned" bagi Indonesia. Negeri kita, sebagaimana kita semua menyadari, termasuk rawan bencana alam. Sejumlah bencana yang termasuk terbesar di dunia, kita mengalaminya. Menjadi suatu tantangan bersama bagaimana terbangunnya semacam "disaster recovery system" yang baik bila terjadi bencana alam, yang kalau bisa masih mengangkat perekonomian untuk tetap survive. Memang tidak mudah, tetapi perencanaan yang baik minimum akan mengurangi dampak risiko.


(Joko Praytno/JP/vbn)
Foto : familyadventuretravelworks.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar